Senin, 18 Januari 2010

RENUNGAN PENCAPAIAN MA'RIFAT


Assalamualikum wr wb...Bismillahirrahmanirrahiim...

Dengan Nama Allah yang Maha Pemurah, Maha Penyayang...

Pada November 2009, seorang akhwat teman lama saya menelpon. Setelah bersapa kabar keluarga masing-masing, selanjutnya diskusi berlanjut dengan tema utamanya mengenai Dhien atau agama. Ybs mengatakan perlunya mengenal Allah (ma'rifatullah) dalam beribadah, dan Ybs sedikit menceriterakan pengalaman spiritualnya setelah 'dibukakan' pintu ma'rifat oleh seorang Guru Pembimbing (mursyid). Cukup menarik juga pengalaman spiritual yg telah dirasakan oleh teman saya ini, dan saya terus menggali informasi dari Ybs, termasuk mencermati apakah ada hal-hal dari amalan atau fahamnya yang "tidak biasa" (baca: menyimpang) dari Al Quran dan Sunnah, atau minimal dari pemahaman orang awam pada umumnya.


Beberapa amalan dan faham yang dirasakan oleh Ybs, yang terasa "tidak biasa" di antaranya sbb:
  1. Ybs mengatakan bhw hakikat 'kebenaran' dapat dicapai oleh siapa saja dari agama apa saja dengan cara mengenal Tuhan Sang Maha Pencipta (dalam istilah islam adalah ma'rifatullah=mengenal Allah).

  2. Terkait pemahaman No.1, Ybs mengatakan bahwa agama yang dipahami manusia yang terlihat berbeda adalah 'hanya' syariat yang dibawa oleh masing-masing Rasul yang membawanya. Tiap kitab yang diturunkan oleh Allah SWT membawa cahaya/petunjuk bagi manusia agar manusia dapat mengenal Allah, menuju dan mencapai Nya.

  3. Yang dimaksud dengan "Ash-Shirat al-Mustaqim" atau "Jalan Yg Lurus" adalah jalan menuju Nya, dan ini bisa ditemukan oleh siapapun manusia yang berusaha meraihnya dari 'agama' apapun di dunia ini. Manusia yang telah dapat menemukan Jalan Yg Lurus ini dan menempuhinya, sebenarnya dia telah ber-Islam (karena islam artinya "berserah diri"), meskipun 'agama' yang tertera di KTP nya bisa bermacam-macam.

Menyimak penjelasan dan pemahaman Ybs, saya agak kaget dan penuh tanda tanya. Dari sudut pandang saya terasa seperti "tidak biasa", atau bercampur antara yang "biasa" dengan yang "tidak biasa". Berawal dari diskusi itu telah menyebabkan saya, alhamdulillah, menjadi tersadar untuk berintrospeksi diri (muhasabah) dan lebih terdorong untuk menggali dan mendalami ilmu agama (dhien al-islam) secara lebih intensif. Yang menjadi pegangan bagi saya adalah pesan Baginda Rasulullah SAW dalam salah satu hadits, yang kira-kira bermakna sbb: "Aku tinggalkan bagimu 2 perkara, barangsiapa yang berpegang teguh kepadanya, niscaya dia akan selamat dan tidak akan tersesat selamanya, yaitu Al Quran al-Kariim dan Sunnahku."

Bagi saya, ma'rifatullah adalah sesuatu maqam yang tinggi & mulia, sehingga orang-orang yang telah mencapai ma'rifatullah adalah hamba Allah yang arif, mulia, dan tinggi ilmunya.

Namun, yang menjadi pertanyaan saya adalah:

  1. Apakah kunci pintu ma'rifat pada seorang hamba itu bisa 'dibuka' dengan mudah oleh seorang Guru? Menurut pemahalam saya ma'rifatullah adalah suatu 'maqam' dapat upaya pencapaiannya dengan cara membersihkan jiwa, bermuhasabah, mujahadah (dst...sesuai tahapannya), dan perlahan-lahan Allah SWT sendiri yang akan memberikan karunianya dengan membukakan pintu ma'rifat kepada Nya. Artinya, ahli ibadah sekalipun tidak dapat membuka pintu ma'rifat itu bila tidak atas kehendak (karunia) Allah SWT. Sebaliknya, seorang yang sebelumnya bukan ahli ibadah, bisa saja dengan kehendak Allah SWT, ia diberi karunia dgn dibukakan pintu ma'rifat kepadaNya, dan ini merupakan "Karunia Yang Besar".
  2. Apakah pembukaan kunci pintu ma'rifat oleh seorang Guru tsb ada tuntunan shahih yg bersumber dari Quran dan Sunnah Rasulullah SAW? Karena apabila tidak ada tuntunannya berarti hal tsb adalah suatu "Bid'ah" dalam ibadah, dimana setiap bid'ah akan tertolak (dikhawatirkan sesat jalan). Dalam pemikiran saya, apabila 'pembukaan' tsb dilakukan oleh Rasulullah SAW thd para sahabat, tentu ini merupakan 'peristiwa besar' dalam perjalanan spiritual pada sahabat nabi, dan tentu seharusnya ada hadits yang berkenaan dgn ini, bahkan dalam riwayat yang banyak jumlahnya

Saat ini sudah mendekati akhir zaman, dimana semakin banyak fitnah yang menimpa umat manusia pada umumnya dan ummat islam pada khususnya. Dan sesungguhnya fitnah Dajjal adalah fitnah terbesar dan terberat yang menimpa umat islam.

Allah SWT berfirman dalam Al Quran: "Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak memiliki pengetahuan tentangnya,...sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semua akan dimintakan pertanggungan jawabnya" (QS 17:36). Artinya Allah SWT mewanti-wanti kita semua untuk tidak mengikuti apa-apa yang tidak ada ilmu (tuntunannya) dari Allah dan Rasul-Nya.

Rasulullah Muhammad SAW bersabda dalam suatu riwayat yang sangat dikenal: "Kullu bid'atin dholalah, kullu dholalatin fin naar." (Tiap-tiap bid'ah adalah sesat, dan tiap-tiap yang sesat itu di neraka"). Apa maksud hadits ini? Artinya kita harus ekstra berhati-hati dalam beragama ini...jangan sampai terjerumus ke dalam sesuatu bid'ah (yang diada-adakan). Dhien al-islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW sudah sempurna, sehingga tidak perlu di tambah-tambah dengan yang baru, meskipun itu terlihat lebih hebat dan lebih sholeh. Iblis siap menyesatkan dan menjerumuskan manusia dari Jalan Yang Lurus, yg secara garis besar dibagi dalam 2 cara:

  • Menjerumuskan manusia ke dalam kenikmatan syahwat & hawa nafsu duniawi, sehingga terus bermaksiat dan tenggelam dalam perbuatan2 dosa, sehingga terlena dan lupa untuk taubat sampai akhir hayatnya. Setidaknya cara ini akan menyebabkan manusia memiliki timbangan dengan kebaikan yang 'ringan". Cara ini akan diterapkan tentara syetan kepada manusia awam.
  • Menggelincirkan manusia dengan perbuatan-perbuatan yang dapat merusak amal ibadah dengan penyakit hati seperti: timbul riya, sombong, ujub, dll, serta dicampurkannya dengan perbuatan2 yang dapat menyesatkan, seperti: timbul syirik, melakukan bid'ah, khurafat, dll. Cara ini dilakukan oleh Iblis dan tentaranya dan diterapkan kepada hamba-hamba Allah yang taat, berusaha ta'at, dan para ahli ibadah. Ini justru godaan syetan dan tipu daya iblis yang sangat berat dan sulit dideteksi manusia. Hanya hamba-hamba Allah yang ikhlas yang dapat berlepas diri dari padanya.

(...insya Allah akan saya sambung lagi...)







Tidak ada komentar:

Posting Komentar